Jakarta, 03 Desember 2024 | Kejahatan siber atau cybercrime saat ini tidak lagi bisa dipandang sebelah mata, menurut Ketua Dewan Audit OJK, Sophia Wattimena yang mengutip data The Institute of Internal Auditors (IIA) dalam Risk and Governance Summit di Jakarta, 30 November 2023, mengatakan bahwa kerugian di seluruh dunia akibat kejahatan siber telah mencapai USD 8 triliun atau Rp123.618 triliun. Selain itu berdasarkan riset yang dilakukan perusahaan keamanan siber asal Israel, CHEQ dan Universitas Baltimore tahun 2019, menunjukkan bahwa serangan berita palsu alias hoaks bisa merugikan ekonomi secara global sebesar US$ 78 miliar per tahun.
Kehadiran teknologi AI atau Artificial Intelligence tentu memberikan dampak positif dan negatif dalam kehidupan manusia. Seiring waktu AI dapat membantu manusia dalam aktifitasnya, namun AI dapat dieksploitasi menjadi alat kejahatan bagi pihak yang tidak bertanggung jawab dengan teknik deepfake sehingga sulit membedakan keaslian sumber informasi dan data.
Dalam paparan hasil survei singkat oleh Vida, penyelenggara lembaga sertifikasi elektronik asal Indonesia yang berjudul ”What The Fake: Are Indonesian Business Ready to Combat AI-Generated Deepfakes Fraud” yang diumumkan Vida pada Rabu, 24 April 2024 di Jakarta. Survei dilakukan pada Februari - Maret 2024, kepada 100 pelaku bisnis dari industri finansial, e-commerce, dan asuransi di Indonesia, sekitar 30 persen tidak mengetahui bentuk tipuan deepfake. Ketika ditanya tentang kesadaran akan kecerdasan buatan dan dampaknya terhadap bisnis, hampir 52 persen responden menyatakan tidak tahu deepfake sebagai ancaman utama kecerdasan buatan saat ini.
Bayangkan apabila ada panggilan video conferences atau permintaan sambungan meeting via zoom oleh presiden direktur yang ternyata merupakan rekayasa AI deepfake palsu dan memerintahkan kebijakan yang merugikan perusahaan, atau kita mendapatkan video call dari teman atau keluarga yang meminta uang dalam jumlah besar, tentu karena berupa video call kita dengan mudahnya percaya begitu saja, padahal itu semua hanya rekayasa AI deepfake yang menipu kita. Begitu dahsyatnya potensi ancaman AI deepfake ini kedepannya.
Untuk itu sudah saatnya perusahaan menyiapkan strategi pencegahan kerugian keamanan atau Loss Security Prevention untuk mengantisipasi potensi kerugian dari derasnya perkembangan Artificial Intelligence dan Deepfake ini. Langkah awal yang perlu disiapkan dengan memberikan pemahaman mengenai AI Deepfake secara menyeluruh kepada seluruh karyawan pada level managerial dan pelaksana, implementasi alat verifikasi digital, mengamankan saluran komunikasi dan jaringan internet, pengamanan media sosial perusahaan, kolaborasi dengan entitas intelijen siber, budayakan kebiasaan verifikasi sebelum persetujuan, memperkuat deep face detection system dan mempersiapkan langkah hukum non konvensial untuk melindungi perusahaan.
Leonard Abdul Aziz
Ketua Umum APJASI